di-kala itu
kau bagaikan bunga mawar yang berduri
aku tidak bisa apa-apa
aku tetap seperti lilin yang akan mati
entah apa yang ada di otakmu
kenapa semua kebaikan di nilai dengan komersial
harus kah mereka aku kasih racun
untuk bisa menjejakkan langkahku l
mengalir air mataku
bukan hanya takut karena runtuhnya tembok
bukan jua jatuhnya daun-daun yang kering di-jalanan
akan tetapi karena keambiguanmu kepadaku
permaisuri yang kau mimpikan
mungkin cuma hanya dongeng belaka
permadani yang kau dambakan
mungkin akhirnya acak-acakan
sulit untuk meng-artikan
bak liOntin pecah berserakan
altarku mulai menjadi berantakan
kerena keharuman surgawi-mu
suara mulai membahana
mata buta mulai membunuh
terlena dalam harum bunga
terbuai dalam nyanyian burung gerija
tetap ku genggap erat
walau hati memberontak
biar kan air mangalir kemuaranya
bersenda gurau dengan kesendiannya
tuk melukis di atas laut
tuk meraih bintang-bintang di langit
tuk melukis pelangi di atas awan
tuk mimpi menjadi nyata
Tidak ada komentar:
Posting Komentar