al-qur'an dan hadits

Senin, 05 Maret 2012

sosiologi


                                                                MAKALAH
                                         Kebudayaan Dan Integrasi Sosial

 Disusun Untuk Memenuhi Mata kuliah sosio antropologi
Prodi Al-Ahwal As-Syakhsiyah Jurusan Syariah

                                                                        Disusun oleh:
                                                                      NAMA :DIDIK   
                                                                 NIM    : (083 111 006)                         


                                                                   Dosen Pembimbing:
Muhibbin S.ag., M.si.


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) JEMBER
     2012
                                                            KATA PENGANTAR
     Segala puji bagi Allah yang maha besar yang mana kita diberi taufiq serta maunahnya.sehingga kita bisa hidup sejahtera tanpa ada kekurangan apapun.baik fisik dan non fisik,Dan tak lupa juga Shalawat serta salam tetap tercurah limpahkan kepada junjungan nabi kita.kerena berkat beliaulah kita bisa hidup dengan penuh ilmiyah.
     Selanjutnya makalah yang telah diselesaikan ini dengan judul KEBUDAYAAN DAN INTEGRASI SOSIAL.Merupakan kerja keras penulis yang kemungkinan dalam dimensi keterbatasan kemampuan untuk mencapai kesempurnaan.Disamping itu penulis karena bantuan dan mutivasi dari berbagai pihak sehingga proses pembuatan makalah ini sudah sewajarnya penulis mengucapkan terimakasih kepada bapak Muhibbin,S.Ag,M.Si.dan juga teman-teman kami.Mudah-Mudahan segala bentuk bantuan yang diberikan kepada penulis akan diberikan kepada balasan yang setimpal oleh Allah swt.
     Dalam penulisan makalah ini,penulis telah mengupayakan semaksimal mungkin,Namun karena keterbatan kemampuan penulislah,Apabila masih ada kekurangannya.Oleh sebab itu,Penulis membutuhkan kritik yang konstruktif sebagai upaya penyempurnaan makalah ini.
    Akhirnya tidak ada lagi yang penulis harapakan,kecuali ridho Allah swt.yang mudah-mudahan kehadiran makalah ini akan memberikan manfaat bagi semua pihak,dari sabang sampai meraoke.dan bagi umat islam serta bagi bangsa dan Negara.Amin yaa rabbal ‘alamin.


                                                                                                                           Jember,11-01-2012

                                                                               
                                                                                                                                   Penulis




                                                                DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………..ii
BABI PENDAHULUAN…………………………………………………………………………1
       A.Latar Belakang…………………………………………………………………………….1
       B.Rumusan Masalah…………………………………………………………………………2
       C.Tujuan……………………………………………………………………………………..2
BABII PEMBAHASAN…………………………………………………………………………3
       A.Definisi Kebudayaan……………………………………………………………………..3
       B.Unsur-Unsur Kebudayaan………………………………………………………………..4
       C.Wujud-Wujud Kebudayaan………………………………………………………………4
       D.Fungsi Kebudayaan Bagi Masyarakat…………………………………………………..6
       E.Kebudayaan dan orintasi  yang di anggap benar bagi kehidupan kita…………………..7
       F.Revolusi Kebudayaan……………………………………………………………………9
      G.Intergasi Sosial…………………………………………………………………………12
BABIII PENUTUP……………………………………………………………………………13
      Kesimpulan……………………………………………………………………………….13
      Daftar Pustaka…………………………………………………………………………….14
                                                       
                                                             BABI              
                                                  PENDAHULUAN
 1.Latar Belakang

 Kebudayaan adalah hasil kreasi manusia untuk menjadikan kehidupan lebih baik.setiap bangsa mempunyai macam kebudayaan yang berbeda.hal ini karena pola kehidupan mereka yang berbeda.masalah kebudayaan memang sering kali menjadi bahan perbincangan hangat,bahkan tidak jarang masalah kebudayaan ini memanas hanya karena perbedaan apresiasi dan persepsi atas kebudaan yang ada.
       Kebudayaan itu bersifat spesifik sebab aspek ini menggambarkan pola kehidupan.setiap bangsa pola kehidupan berbeda,jangankan antar bangsa,antar masyarakat  dinegeri yang sama saja seringkali terjadi perbedaaan mengenai kebudayaan ini.
      Oleh karena itu masalah kebudayaan dijadikan salah satu tonggak keberhasilan hidup masyarakat. sebuah lingkungan masyarakat yang kebudaannya tinggi,pasti kehidupan masyarakat nya tertata bagus.
     Dalam kehidupan ini,setiap proses antraksi antar personal dilakukan dengan tingkat fiksi yang tinggi.tingkat fiksi ini kadangkala menyebabkan benturan yang jika tidak  didasari budaya tinggi,maka menyebabkan kekacauan dan kerusakan.
     Sudah banyak contoh dalam kehidupan anda dimana masalah kebudayaan telah menjadi pemicu benturan antara personil masyarakat,dan,pada akhirnya yang mengalami kerugian adalah masyarakat juga
    Dari kemungkinan –kemungkinan di atas penulis tertarik untuk mendeskripsikan.kebudayaan  dan integrasi sosial.biar mengetahui apa itu definisi kebudayaan.dan unsur-unsur kebudayaan serta yang lain-lainnya.akan di bahas dengan gamblang.di makalah ini.





                                                                       

2.Rumusan masalah.
       Dengan adanya rumusan masalah di atas dapat di rumuskan beberapa masalah yaitu sebagai berikut:
A.    Apa definisi kebudayaan?
B.     Apa saja unsur-unsur kebudayaan?
C.     Apa saja wujud-wujud kebudayaan?
D.    Apa saja Fungsi kebudayaan bagi masyarakat?
E.     Kebudayaan yang bagaimana dan orintasi yang dianggap benar dalam kehidupan kita?
F.      Apa yang di maksud revolusi kebudayaan?
G.    Apa pengertian dari integrasi sosial?
3.Tujuan.
A.  Dapat memehami maksud dari kebudayaan dan unsur-unsur kebudayaan serta adanya wujud       
     Dalam kebudayaan,serta fungsi di dalam kebudayaan bagi masyarakat.
B.   Mampu menganalis kebudayaan dan orintasi yang di anggap benar dalam kehidupan.
      Serta adanya revolusi kebudayaan dan memahami integrasi sosial.












                                                                          
                                                                         BABII
                                                                 PEMBAHASAN

A.    KEBUDAYAAN                                                                                                                                        
  1. Definisi kebudayaan
         Secara sederhana , kebudayaan dapat di artikan sebagai suatu cara hidup atau dalam bahasa ingrisnya di sebut ‘’waya of life’’ cara hidup atau pandangan hidup atau meliputi cara perfikir , cara berencana dan cara bertindak ,di samping segala hasil karya nyata yang di anggap berguna ,benar dan dipatuhi oleh anggota-anggota masyarakat atas kesepakatan bersama .
          Menurut koentjaraningrat  (1984), kata ‘’kebudayaan’’berasal dari bahasa sanskerta buddhayah , ialah bentuk jama’ dari buddhi yang berarti ‘’budi’ atau ‘’akal’’. Demikian ,kebudayaan itu dapat di artikan ‘’hal yang bersangkutan dengan budi dan  akal ‘’ . ada pendirian lain mengenai asal dari kata ‘’kebudayaan’’ ...bahwa bahwa kata itu adalah suatu perkembangan dari majemuk budi daya ,kekuatan dari akal .
        Dalam bukunya yang lain koentjaraningrat  (1974), mendifinisikan kebudayaan sebagai keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan dengan belajar ,beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu dalam upayanya mendefinisikan kebudayaan ,ia coba memperlihatkan wujudnya dalam kehidupan masyarakat.
       Pengertian paling tua atas kebudayaan di ajukan oleh Edward Burnett Tylor dalam karyanya berjudul Primitive Culture,bahwa kebudayaan[i] adalah kompleks dari keseluruhan pengetahuan,kepercayaan,kesenian,hukum,adat istiadat dan setiap kemampuan lain dan kebiasaan yang dimiliki oleh manusia sebagai anggota suatu masyarakat.Atau seperti kata Hebding dan Glick(1992)Bahwa kebudayaan dapat dilihat secara material maupun non material[1].Kebudayaan material tampil dalam objek material yang dihasilkan,kemudian digunakan manusia.Misalnya:dari alat-alat sederhana seperti asesoris perhiasan tangan,leher dan telinga,alat rumah tangga,pakaian,sistem komputer,desain arsitektur,mesin otomotif  hingga instrumen untuk penyelidikan besar sekalipun.Sebaliknya budaya non material adalah unsur-unsur yang dimaksudkan dalam konsep norma-norma,nilai-nilai,kepercayaan/keyakinan serta bahasa
                                                                                
2.UNSUR – UNSUR  KEBUDAYAAN
            Adapun unsur – unsur dalam kebudayaan secara universal itu diklasifikasikan sebagai berikut:
Ø  Bahasa
Ø  System teknologi
Ø  System ekonomi
Ø  Organisasi social
Ø  System pengetahuan
Ø  Kesenian dan
Ø  System religi.
Dari unsur – unsur  kebudayaan yang bersifat universal ini maka dapat diperkirakan bahwa kebudayaan suku bangsa yang dideskripsikan juga mengandung aktifitas adat – istiadat, pranata – pranata social dan benda – benda kebudayaan yang dapat digolongkan kedalam salah satu diantara ketujuh unsur universal tadi. Para ahli antropologi dapat memakai system tata urut dari unsur – unsure sesuai dengan selera dan perhatian mereka masing – masing. System yang paling lazim dipakai adalah system dari unsur yang paling konkret yang paling abstrak. Dengan demikian selain unsur bahasa yang paling depan , sebagai unsure yang dapat member identifikasi kepada suku bangsa yang dideskripsi, unsur yang dideskripsi kemudian adalah system teknologi. Ssitem religi adalah unsure yang menempati tempat yang paling belakang. Dalam bab system teknologi, misalnya dapat dimasukkan deskripsi tentang benda – benda kebudayaan dan alat – alat kehidu[pan sehari – sehari  yang sifatnya konkret. Sementara dalam bab mengenai tentang religi antara lain diuraikan gagasan – gagasan dan keyakinan  - keyakinan mengenai ruh nenek moyang yang sifatnya sangat abstrak .[2]
3. MACAM-MACAM WUJUD KEBUDAYAAN YAITU :
1. wujud kebudayaan sebagai suatu konflek  dari ide-ide ,nilai-nilai, norma-norma ,peraturan dan sebagainya
                                                                           
2 .wujud kebudayaan sebagai suatu konplek sebagai aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat.                                                  
3.wujud kebudayaan berupa benda-benda hasil karya manusia
WUJUD YANG PERTAMA, adalah wujud kebudayaan yang sifatnya abstrak ,tak dapat di raba atau di gambar ,sejat letaknya berada dalam kepala manusia ;artinya wujud dalam pikiran manusia dari warga masyarakat dimana kebudayaan itu tumbuh. Akan tetapai, pada masa kini kebudayaan dapat di tuangkan melalui tulisan, bahkan dapat pula di simpan dalam kartu atau file komputer, tape recorder, micro film dan sebagainya. Kebudayaan semacam ini dapat juga berupa adat  istiadat dan tata kelakuan ; berarti kebudayaan merupakan segenap tentang pola bertindak pola berperasaan serta kemampuan –kemampuan berfikir yang di miliki oleh segenap anggota msyarakat
 WUJUD KEDUA, kebudayaan sering di sebut sebagai sistem sosial yang meliputi kelakuan manusia itu sendiri menurut Tatang M.Amirin (1986), bahwa istilah sistem mempunyai pengertian sebagai berikut
1.suatu hubungan yang tersusun dari sekian banyak bagian .
2.hubungan yang berlangsung  di antara satuan –satuan atau komponen –komponen secara tertahap.
WUJUD KETIGA ,kebudayaan dapat di sebut dengan kebudayaan fisik,sebab secara keseluruhan merupakan benda sebagai hasil aktivitas , perbuatan -perbuatan atau karya-karya manusia dalam masyarakat .Menurut selo soemardjan dan soelaiman soemardi (1964) bahwa kebudayaan semua hasil karya rasa dan cipta masyarakat . karaya masyarakat menghasilkan tegnologi dan kebudayaan kebendaan (material cultur) yang diperlukan oleh masyarakat untuk menaklukan dan menguasai alam dengan maksud mengambil manfaat demi keperluan kehidupan dan penghidupan masyarakat. Rasa meliputi wujud dari jiwa manusia,yaaitu segala norma dan nilai –nilai kemasyarakan yang perlu untuk mengatur masalah-masalah kemasyarakatan dalam arti yang luas yang termasuk di dalamnya misalnya ideologi, agama, kesenian, kebatinan dan semua anasir yang merupakan hasil ekspresi jiwa manusia yang hidup sebagai anggota masyarakat. Cipta merupakan kemampuan mental,kemampuan berpikir dari orang hidup bermasyarakt, yang antaralain menghasilkan ilmu pengetahuan murni maupun yang berwujud ilmu pengetahuan terapan untuk di amalkan dalam kehidupan masyarakat.[3]
  4.    FUNGSI KEBUDAYAAN BAGI MASYARAKAT
 Fungsi kebudayaan bagi masyarakat sangat besar. Hal ini disebabkan dua aspek, yaitu:
1)      Bermacam – macam hakikat yang harus dihadapi oleh masyarakat dan anggota - anggota masyarakat misalnya kekuatan alam sekitar dan kekuatan – kekuatan dalam masyarakat itu senidiri.
2)      Manusia dan masyarakat memerlukan kepuasan baik dibidang spiritual maupun dibidang matreal. Kebutuhan – kebutuhan masyarakat tersebut sebagian besar harus dipenuhi oleh kebudayaan yang bersumber pada masyarakat itu tersendiri.
Tindakan – tindakan dalam melindungi diri terhadap lingkungan alam dalam taraf permulaan bersikap menyerah atau didalam batas – batas untuk melindungi dirinya. Taraf ini banyak dijumpai dalam masyarakat   yang masih rendah taraf kebudayaannya seperti suku bangsa kubu atau suku – suku bangsa di irian jaya, Pada masyarakat yang sudah kompleks yang mana taraf kebudayaannya sangat tinggi, maka hasil karyanya atau teknologi – teknologi memberikan kemungkinan yang sangat luas untuk memanfaatkan sumber – sumber alam bahkan mungkin menguasai alam.
Kebudayaan mengatur agar manusia dapat mengerti  bagaimana seharusnya bertindak, barbuat, menentukan sikapnya kalau berhubungan dengan orang lain.
Setiap orang bagaimanapun hidupnya, ia akan selalu menciptakan kebiasaan bagi dirinya. Kebiasaan atau biit ini adalah merupakan sesuatu prilaku pribadi, artinya kebiasaan seseorang adalah berbeda dengan kebiasaan orang lain walaupun mereka hidup satu rumah. Jadi setiap orang akanmembentuk kebiasaan yang khusus bagi dirinya sendiri. Misal ada orang yang membiasakan dirinya bangun pagi – pagi atau tidur siang tiap bangun minum kopi. Apabila ada suatu hal sehingga kebiasaan itu tidak sempat dilakukan, maka jiwanya akan resah sepanjang hari tersebut.
Menurut Ferdinand Tonnies kebiasaan memilki tiga arti yaitu:
1)      Dalam arti yang menunujukkan pada suatu kenyaataan yang bersifat obyektif. Misalnya kebaiasaan bangun pagi, kebiasaan tidur pada siang hari, kebiasaan bangun pagi terus minum kopi dan sebagainya. Artinya adalah bahwa seseorang biasa melakukan perbuatan – perbuatan tadi masuk dalam tata cara hidupnya.
2)      Dalam arti bahwa kebiasaan tersebut dijadikan norma bagi seseorang, norma – norma diciptakannya untuk dirinya sendiri dalam hal ini  maka orang yang bersangkutanklah yang menciptakan suatu prilaku bagi dirinya sendiri.
3)      Sebagai perwujudan kemauan atau keinginan seseorang untuk buat sesuatu.[4]


5.KEBUDAYAAN DAN ORIENTASI YANG DIANGGAP BENAR MENGENAI KEHIDUPAN
Untuk mengembangkan suatu perspektif sosiologis, maka cara kebudayaan mempengaruhi kehidupan manusia penting unthk diketahui. Jika kita berjumpa dengan seseorang dari kebudayaan lain, hal itu akan menyadarkan kita mengenai dalamnya pengaruh kebudayaan. Namun untuk mencapai kesadaran mengenai kebudayaan kita sendiri ditingkat yang sama merupakan soal yang berbeda. Tuturan kata (speech) kita, gerak isyarat kita, kepercayaan kita, dan adat istiadat kita biasanya selalu menganggap benar (taken – for – granted). Kita mengansumsikan bahwa kesemuwaannya itu “ normal ” atau ” alami ” dan kita hampir mengikutinya. Sebagai mana dikemukakan antropolog Ralph linton (1936)” hal palinh akhir yang akan dilihat oleh ikan ialah air.” Demikian pula halnya dengan manusia: kecuali dala keadaan luar biasa, dampak kebudayaan kita biasanya tidak akan kita lihat.
Namun kebudayaan mepunyai makna yang luar biasa pentingnya; kebudayaan menyentuh hampir semua segi tentag siapa dan apa kita. Kita datang kedunia ini tanpa sutu bahasa, tanpa nilai dan moralitas , tanpa ide mengenai agama, perang, uang, cinta, pemanfaatan uang, dan seterusnya. Kita tidak memiliki sedikitpun orientasi rasa yang telah kita anggap benar dan sedemikian prnting dalam menentukan kita akan menjadi tipe manusia seperti apa. Namun dalam suatu waktu dalam hidup kita, kita meperolehya. Para sosiolog menamakannya kebudayaan dalam diri kita. Cara percaya dan bertindak dan dipelajari dan dimilki bersama ini (suatau definisi lain mengenai kebudayaan) menembus diri kita pada usia awal dan secara cepat menjadi bagian asumsi yang kita anggap benar manganai perilaku normal . Kebudayaan menjadi lensa melalui mana kita mempersepsikan dan mengevaluasi apa yang terjadi disekeliling kita. Kita jarang mempertanyakan asumsi tersebut, karena, sebagaimana halnya air bagi ikan, lensa melalui mana kita meneropong kehidupan, sebagian besar umumnya berada dluar persepsi kita.
Namun saat – saat langka dikala asumsi tersebut dipertanyakan, dapat bersifat mebingunhkan . Meskipun selaku seorang sosiolog, saya seharusnya dapat memandang kebudayaan saya sendiri dari luar, namun perjalanan saya keafrika mengungkapka betapa saya telah sepenuhnya menginternalisasikan kebudayaan saya. Pendidikan saya adalah masyarakat barat telah memberikan saya asumsi kuat mengenai aspek – aspek kehidupan yang telah berakar secara mendalam dalam diri saya menatap, higienis, dan penggunaan uang. Namun untuk menjalani kehidupan sehari – hari dibagaian Afrika ini, asumsi tersebut tidak ada gunanya bagi saya. Saya tidak lagi dapat berharap agar orang hanya menetap secara sembunyi – sembunyi menempuh lanngkah penbegahan terhadap mikroba yang tak nampak, atau antri secara tertib.
Sebagaimana dapat anda lihat dari vignet pembuka ini, secara pribadi, saya mengaggap asumsi berbeda ini membingungkan karena asumsi tersebut melanggar harapan – harapan saya mengenai” bagaimana manusia sehartusnya” meskipun saya bahkan tidak mengetahui seteguh apa saya berpegang pada harapan – harapan saya tersebut sampai harapan tersebut tiba – tiba terancam,. Dikala kebudayaan non material saya tidak dapat saya pegang jika kebudayaan non material saya tidak memungkinkan saya untuk memahami dunia saya mengalami suatu disorientasi yang dikenal sebagai gegar budaya (culture shock). Dalam kasus pembelian  tiket, kenyataan bahwa saya lebih tinggi beberapa inci dari pada kebanyakan orang maroko dan oleh karena itu mampu meraih lebih jauh dari pada semua orang lain, misalnya, memungkin saya untuk menyesuaikan diri dengan cara mereka yang berbeda dalam   sesuatu. Tetapi saya tidak pernah  dapat terbiasa dengan  ide bahwa mendorong orang untuk lebih dapat berada didepan antrian adalah “ benar ,” dan saya selalu merasa bersalah mana kala saya menggunakan besarnya tubuh saya untuk dapat memperoleh perlakuan istimewa.
Suatuu konsekuensi penting dari adanya kebudayaan dalam diri kita ialah etnosentrisme (ethnocentrisme), suatu kecenderungan untuk menggunaka cara kelompok kita dalam melakukan sesuatu sebagai ukuran untuk menilai orang lain. Kita semua meyakini bahwa cara – cara kelompok kita adalah baik, benar, pantas, dan bahkan lebih daripada cara hidup lain. Seorang sosiolog, William Sunner (1906), yang mengembangkan  konsep ini, mengatakan: “ Kelompok sendiri merupakan pudat segalanya, dan semua kelompok lain ditimbang dan dinilai dengan menggunakan sebagai rujukan.”
Etnosentrisme membawa konsekuensi positif maupun negative. Segi positifnya, etnosentrisme menciptakan kesetiaan dalam  kelompok . segi negatifnya, etnosentrisme dapat menyebabkan diskriminasi terhadap orang – orang yang  berbeda dengan  kita.
Berbagai cara melalui mana kebudayaan mempengaruhi kehiduapan  kita, mengagumkan para sosiolog. Dalam bab ini kita akan mempelajari bagaimana kebudayaan sangat berpengaruh pada segala sesuatu tentang diri kita. Ini akan menjadi dasar yang dapat anda gunakan untuk menganalisis asumsi – asumsi anda sendiri mengenai realitas. Saya perlu mengingatkan anda: ini dapat menghasilkan  suatu persepektif  berlainan mengenai kehidupan sosial dan peran anada didalamnya. Bila demikian halnya, hidup tidak akan pernah nampak sama lagi.[5]

6. REVOLUSI KEBUDAYAAN
        Sebelum lebih jauh mengurai seluk beluk revolusi kebudayaan, terlebih dahulu perlu dijelsakan peristilahan dari revolui kebudayaan itu sendiri. Hal ini dilakukuan bukan untuk mebatasi kedua istilah tersebut, karena harus disadari betapa kedua istilah tersebut merupakan  ranah ilmu sosial yang selalu menjadi diskursus para ahli yang mengundang perdebatan tak habis – habisnya, tapi tidak ada salahnya juga bila ditampilkan beberapa pengertian supaya terbigkai dalam pegertian, yang kurang lebih, sama.
Revolusi secara umum, mempunyai pengertian perubahan rezim dalam suatu Negara yang diikuti oleh rekonstitusi besar dibidang politik, sosial, dan tatanan budaya. Dari persepektif sosiologi, revolusi adalah suatu kejadian yang mengubah sama sekali susunan masyarakat dari suatu zaman, umpamanya dari masyarakat foedal menjadi masyarakat demokrasi.
Kemudian dari sudut kenegaraan, revolusi adalah perubahan yang mendadak dari undag – undang dasar suatu negra, bertentangan dengan perubahan lambat yang dikehendaki oleh kaum revormis, yang mendasarkan alirannya pada jalan atau cara yang dibolehkan oleh undang – undang. Dalam sejarah, hak untuk membuat revolusi dibenarkan berdasarkan dua hal berikut: 1)menurut paham Luther (1539) dan Calvin (1559), hak melewan pemerintah bila pemerintah itu melanggar kewajiban (tidak menepati janji) dan tidak mau menepati kewajibannya, dan 2) dasar legitimasi.
Revolusi bisa terjadi dalam fikiran, tanggapan atau pemandangan pada segolongan manusia misalnya pernyataan Geige, “ ubergang von theologischen zun prifanphilosofischen”, dari orang yang berorientasi agama menjadi berorientasi ilmu pengetahuan, atau dari yang berorientasi adat berubah ke agama, atau juga dari pandangan veodalisme berubah ke demokrasi. Dari sinilah maka akan timbul revolusi.
Dipandang dari teori Negara dan teori hukum, maka revolusi itu dianggap sebagai Legalitas – prinzip. Selama revolusi belum berhasil, maka sirevolusioner tadi menurut hokum dianggap penjahat, tapi kalau sirevolusioner tadi telah mendapatkan kekuasaan, dan sudah ada legitimasinya, dia mendakwa sorezim lama sebagai “ penjahat”. Akan tetapi dakwa – mendakwa ini bukan sifat revolusi, melainkan hal – hal yang mengikuti. Sifat mutlak dari revolusi adalah perubahan, baik perubahan sikap, langgam, adat, maupun kebudayaan.
Tiap mayarakat memilki langgam atau gaya tersendiri. Gaya masyarakat barat, ada dalam masyarakat dan kebudayaan barat. Gaya itu pada suatu waktu bisa berubah oleh revolusi. Tiap masyarakat itu selalu dalam “ pergerakan ” dan “ perubahan “ . Kalau masyarakat itu bergerak dan berubah menuruti satu langgam atau satu cara, satu gaya, dalam perkembangan zaman, maka “ kemajuannya “ berjalan dengan lamban atau evolusioner. Kalau masa hendak mengubah gaya atau langgamnya, maka disitu telah ada revolusi. Ada yang mengatakan bahwa revolusi  dan evolusi itu tidak jauh berbeda dasarnya, hanya dalam lompatannya saja.Bagi marx, revolusi adalah lompatan panjang, yang oleh sebab sebelumnya rakyat dihalangi maju, tertahan – tahan dalam evolusinya.
Segala revolusi adalah segala kejadian yang tidak bias dielakkan timbulnya. Revolusi tidak yimbul karena kesengsaraan hidup dari suatu bangsa. Penindasan ekonomi atas bangsa itu membikin bangsa itu lemah dan tidak berdaya, jiwanya tertekan oleh beban yang sangat berat, sehingga masa tidak sanggup merasakanan menyambut cita – cita bangsa. Jadi bukan semata – mata kemiskinan dan kesengsaraan yang membikin orang memberontak. Hubungan revolusi dan massa adalah bahwa revolusi yang tidak didukung massa adalah kosong. Tapi revolusi bukan berarti keributan yang ditimbulkan massa karena kemarahan. Bila itu yang terjadi, itu bukanlah revolusi tatap keributan sebentar saja. Revolusi disebabkan sebelum adanya keselarasan antara kemauan rakyat dan pemerintah.
Sedangkan mengenai kebudayaan muncul ragam pengertian yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya pleh Edward B. Taylor. Ia mendevinisikan “ budaya “ sebagai keseluruhan yang kompleks, yamg didalamnya termasuk ilmu pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hokum, tradisi dan semua kemapuan yang dibutuhkan maunusia sebagai anggota masyarakat. Istilah kebudayaan ada kalanya yang digunakan untuk menerangkan semua kreativitas manusia dalam semua bidang usahanya. Ia adalah penciptaan, penerbitan dan pengolahan nilai – nilai insani. Secara  istilah, budaya dapat juga dirtikan sebagai peradaban (civilization).
Ada juga yang mengatakan, bahwa pembentukan kebudayaan dimulai dari konsepsi, yakni suatu pemahaman atau kemampuan untuk mangguanakn logika dan bahasa. Memiliki konsep berarti memilki kemampuan untuk memilih dan membedakan penggunaan sebuah pernyataan. Atau dalam pandangan yang lebih mendalam konsepsi merupakn gagasan – gagasan orisinil yang ada secaar potenrial didalam jiwa manusia.
Dari berbagai paparan diatas, sesungguhnya inti dari konsep kebudayaan yang dimksud adalah, bahwa hakikat kebudayaan lebih dilihat sebagai proses transendensi dari eksistensi diri manusia yang terus menrus berusaha melampauinya. Hakikat kebudayaan adalah proses kreativtas diri manusia yang actual dalam menjawab tantangan yang dihadapinya, sehingga ia dapat melampaui dunia tubuhnya, melepaskan diri dari golongan – golongan darah daging tubuhnya, menuju proses pencerahan spiritual yang agung, dengan menghayati makna kehidupan rohaninya yang dalam sepanjang kehidupannya, yang sesungguhnya telah mendasari kehidupannaya sendiri, sehingga sebagai mahkluk yang mulia dimuka bumi ini, manusia mampu melakukan perubahan dan penciptaan sesuatu yang lebih baru lagi, sebagai sarana pertemuannya dengan tenaga gaib yang mencerahkan dan menjadi sumber kreatifnya. karena itu, secara etik kebudayaan tidak bebas nilai. Dan kebudayaan pun mengalami proses jatuh bangun, yang menjadi symbol dari jatuh bangunnya kemanusiaan itu sendiri.
Dilema kemanusiaan muncul ketika manusia terperangkap dalam jarring kebudayaan dan tidak bias keluar dari jaring kebudayaan yang dirajutnya sendiri. Secara ontologis kebudayaan memang dibentuk oleh manusia, tanpa ada manusia tidak akan pernah ada kebudayaan. Dalam perkembangannya, kehidupan manusia dibentuk dan tergantung  pada kebudayaan, dan ketika ia terperangkap dan terkurungdidalamnya, maka terjadilah kemacetan proses kreatifnya, dan kebudayaan berada dalam krisis. Untuk keluar dari krisis diperlukan adanya trobosan kreatif, sehingga proses kebudayaan berjalan lagi, mencari bentuk – brntuk sintetik baru.
Usaha untuk segara keluar dari krisis miltidimensi mendorong munculya gagasan ontuk melakukan revolusi kebudayaan, se bab dengan revolusi itu diharapkan krisis multidimensi akan segara dapat diatasi. Secara sosiologis serngb kali revolusi kebudayaan dilakukan  dangan mengubah secara radikal susunan masyarakat, dari masyarakat yang vedoalistik  ke masyarakat yang demokratis. Kemudian dari sudut kenegaraan dilakukanlah perubahan mendadak dengan mengubah undang – undang yang dianggap sudah tidak dapat lagi  menampung dinamika perubahan. Hakikat kehidupan masyarakat adalah pergerakan dan perubahan, sehingga revolusi adalah bagian yang tak terhindarkan dalam kehidupan masyarakat yang sedang dilanda oleh krisis multidimensi. Paling kurang revolusi kebudayaan dilakukan dalam berpikir, seperti mengubah pandangan dan paradigm berpikir, yaitu mengubah orientasinya dari agama ke ilmu pengetahauan, dari feodalisme ke demokrasi.
Dalam Revolusi kebudayaan ini, maka kebudayaan akan lebih diberi makna sebagai proses , bukan produk. Dengan demikian produk – produk kebudayaan yang berwujud benda – benda, karya – karya, adat dan istiadat, serta nilai – nilai sebagai penjelmaan dari cipta, karsa dan rasa, yang melibatkan budi dan daya manusia dalam usahanya meyatakan eksistensi hidupnya dalam ruang dan waktu tertentu, tetap pada posisinya sebagai suatu kebudayaan yang dapat diwariskan kepada generasi berikutnya. Revolusi kebudayaan menempatkan kebudayaan sebagai proses berpikir yang hendak diubah secara cepat dan radikal, sebab paradigma berpikir yang ada sebagai kerangka acuan untuk melihat, berhubungan dan mengelola sesuatu atau keadaan itu, sudah tidak memadai lagi untuk mengatasi krisis yang sedang berlangsung. Revolusi kebudayaan juga dapat dipandang sebagai revolusi keilmuan (scientific revolution) dimana paradigma lama digeser secara fundamental ke paradigm baru, yang lebih sesuai dengan fakta – fakta baru saat ditemukannya anomaly – anomali dalam teori yang lama ini dipakai dalam tradisi keilmuan yang ada.[6]

7.INTEGRASI SOSIAL
            Adapun yang dinamakan integrasi sosial adalah terwujudnya solidaritas sosial, rasa kebersamaan antar hubungan masyarakat secara harmonis dalam kerja sama kelompok yang mempunyai sifat , sikap dan watak yang berbeda.
            Sejarah telah mencatat bahwa sumpah pemuda yang dicetuskan pasa tahun 1928 adalah perwujudan solidaritas sosial begitu kental merasuk kedalam kalbu antar golongan pemuda. Tidak perlu dpertanyakan dari mana asal - usul suku bangsa, ras, agama, bahasa dan lain sebagainya. Mereka bergabung, membaur, menyatu dalam kadar solidaritas yang tinggi, menuju terwujudnya integrasi sosial.  
 Kondisi yang mirip juga pernah terjadi, walaupun dimensi waktu dan jumlah pelaku berbeda. Dalam kurun waktu tahun lima puluhan sampai enam puluhan, semua golongan begitu larut dalam semangat solidariotas social yang tinggi, larut dalam kesadaran kebersamaan dalmberbangsa begitu mengendap. Walauun tidak dapat dipungkiri,  pada kurun waktuitupun terdapat percikan – percikan konflik social dalam bentuk pemberontakan – pemberontakan di daerah – daerah tertentu di wilyah republik Indonesia. Namun begitu, semua pihak tetap menyadari, bahwa Tanah Air tercinta Negara Kesatuan Republik Indonesia ini didirikan sebagai hasil kerja sama semua pihak, dan semua golongan. 
      Bahwa budaya bangsa Indonesia pada hakikatnya satu. Kenyataan adanya berbagai suku bangsa, ras dan corak ragam budaya yang ada menggambarkan kekayaan budaya bangsa yang menjadi modal dan landasan pengembangan budaya bangsa seluruhnya, sehingga menjadi modal dasar terwujudnya integrasi sosial[7].
















                                                                   BABIII
                                                                 PENUTUP
1.Kesimpulan
       .                                                                                                      
          Kebudayaan dapat di artikan sebagai suatu cara hidup atau dalam bahasa ingrisnya di sebut ‘’waya of life’’ cara hidup atau pandangan hidup atau meliputi cara perfikir , cara berencana dan cara bertindak ,di samping segala hasil karya nyata yang di anggap berguna ,benar dan dipatuhi oleh anggota-anggota masyarakat atas kesepakatan bersama .
           Integrasi sosial adalah terwujudnya solidaritas sosial, rasa kebersamaan antar hubungan masyarakat secara harmonis dalam kerja sama kelompok yang mempunyai sifat , sikap dan watak yang berbeda.
            Sejarah telah mencatat bahwa sumpah pemuda yang dicetuskan pasa tahun 1928 adalah perwujudan solidaritas sosial begitu kental merasuk kedalam kalbu antar golongan pemuda. Tidak perlu dpertanyakan dari mana asal - usul suku bangsa, ras, agama, bahasa dan lain sebagainya. Mereka bergabung, membaur, menyatu dalam kadar solidaritas yang tinggi, menuju terwujudnya integrasi sosial.  
 Kondisi yang mirip juga pernah terjadi, walaupun dimensi waktu dan jumlah pelaku berbeda. Dalam kurun waktu tahun lima puluhan sampai enam puluhan, semua golongan begitu larut dalam semangat solidariotas social yang tinggi, larut dalam kesadaran kebersamaan dalmberbangsa begitu mengendap. Walauun tidak dapat dipungkiri,  pada kurun waktuitupun terdapat percikan – percikan konflik social dalam bentuk pemberontakan – pemberontakan di daerah – daerah tertentu di wilyah republik Indonesia. Namun begitu, semua pihak tetap menyadari, bahwa Tanah Air tercinta Negara Kesatuan Republik Indonesia ini didirikan sebagai hasil kerja sama semua pihak, dan semua golongan.
                        




                                        DAFTAR PUSTAKA



·         Musa Asy’arie, 2002, Revolusi Kebudayaan tanpa kekerasan, Monjali Seleman Jogyakarta, Lesvi.
·         Koentjaraningrat, 2002, PengantarAntropologi pokok- pokok etnografi, Jakarta, PT.Rineka Cipta.
·         James M. Henslin, 2006 – 2007, Sosiologi dengan pendekatan membumi ,Jakarta,  AirLangga
·         Hartomo Dan Arcinun Aziz, 1990 – 1993, Ilmu Sosial Dasar, Jakarta, Bumi Aksara.
·         M. Arifin Noor, 1999, Ilmu Sosial Dasar, Bandung, CV Pustaka Setia.
·         Dr.Alo Liloweri,2003,Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya,Yogyakarta.Pustaka Pelajar,
Drs.Abdulsyani, Sosiologi Dan Perubahan Masyarakat, Bandar Lampung ,PT. Dunia         Pustaka.


[1] Dr.Alo Liliweri,M.S.Dasar-DasaR Komunikasi Antarbudaya,pustaka pelajar,Yogyakarta,2003,107hlm.
2KOENTJARANINGRAT,Pengantar Antropologi,4-5hlm.
[3] Sosiologi dan perubahan masyarakat oleh:Drs. Abdul syani hal 53--56
4.Hartono Dan Arnicun Aziz,Ilmu Sosial,43-44hlm.      
[5] James M.Henslim,Sosiologi Dengan Pendekatan Membumi,39-40 hlm.
[6] Musa Asy’ari,Revolusi Kebudayaan Tanpa kekerasan,49-51 hlm.

[7] M.Arifin Noor,Ilmu Sosial Dasar,241-242 hlm.


                                           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar