al-qur'an dan hadits

Sabtu, 25 Februari 2012

haal


                                                   BAB I
                                             PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Didalam ilmu nahwu itu terdapat macam-macam pembahasan. Ada kalanya pembahasan tentang kalam dan ada kalanya juga juga pembahasan tentang i’rob. Dalam pembahasan i’rob itu diklasifikasikan menjadi empat bagian yaitu:[1]

Ada i’rob rofa’,i’rob nashab,i’rob jar,dan juga i’rob jazem. Di dalam i’rob nashab itu terdapat suatu pembahasan tentang Manshubatul asma’(isim-isim yang di baca nashab)yaitu:[2]

 Maf’ul bih, Maf’ul Mutlaq,Maf’ul li Ajlih,Maf’ul fih,Maf’ul Ma’ah,Tamyiz,Munada,Mustatsna,Isim innah,Khabar Kaanah,Isim Lal lati linafyil jinsih,
Tawabi’(Badal,Na’at,Athof,Taukid) Haal,

disini penulis akan berusaha semaksimal mungkin untuk dapat menjelaskan secara mendetail mengenai Haal itu tadi, kenapa kami disini membahas tentang Haal, karena kami rasa didalam  sebuah i’rob nashab itu pasti ada yang namanya Haal.

 Maka dari itu kami rasa pembahasan  tentang Haal itu sendiri menjadi suatu hal yang penting juga untuk dikaji dan dibahas. Sesuai dengan maqolah dari salah satu ulamak nahwiyyah di dalam kitab karangannya[3] yang mana beliau menegaskan  bahwasannya, suatu kalam didalam bahasa Arab itu tidak akan mungkin bisa difahami kecuali dengan menggunakan  ilmu nahwu, maka dari itu beliau menegaskan bahwasannya ilmu nahwu itu menjadi suatu  ilmu yang penting dan utama untuk di pelajari. Walaupun penulis disini tidak mengkaji pembahasan tentang ilmu nahwu secara keseluruhan dari pembahasan ilmu nahwu itu sendiri,akan tetapi penulis disini berharap pembahasan tentang Haal ini dapat membantu  kita untuk dapat mempelajari ilmu nahwu dengan mudah dan ringan, Amiiiin.
                                                       1
   1.2 Rumusan masalah

      1.               Bagaimana definisi Haal?
      2.   Apa saja syarat-syaratnya Haal?
      3.    Apa saja Syarat-syaratnya shahibul Haal?
      4.    Apa saja Macam-macamnya Haal?


1.3 Tujuan
    
1.       Mengetahui definisi Haal
2.      Mengetahui syarat-syaratnya Haal
3.      Mengetahui syarat-syaratnya shahibul Haal
4.      Mengetahui Macam-macamnya Haal.



KATA PENGANTAR


             Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah ucapan puji syukur tiada hentinya selalu saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufiq, serta hidayahnya yang telah diberikan kepada kita, sehubungan dengan tertulisnya makalah ini saya sebagai penulis mengucapkan banyak-banyak terima kasih atas dukungan dan bimbingan dari bapak Muhammad faizal.M.Ag atas tertulisnya makalah ini.


Untuk memudahkan pada pembaca untuk mempelajari ilmu nahwu para pembaca harus
mempelajari dasar ilmu nahwu dan ilmu nahwu itu sangat penting untuk dipelajari karena
dengan ilmu nahwu kita bisa mengerti dan memahami Al-Qur’an dan Al-Hadits untuk itu
 penulis akan menerangkan bab yang paling penting di dalam ilmu nahwu yaitu Haal karena
dengan memahami salah satu bab itu memang sangat penting dan di dalamnya
 penulis akan menerangkan beberapa pengertian – pengertian Haal dan lain-lainnya
 agar dapat memudahkan pada para pembaca untuk mempelajari dan memahami Haal dengan
sebaik-baiknya.


                                                                                                                                     Wassalam
                                                                                             STAIN  Jember,14 November 2011




                                                                                                                                                                      Penulis
                                                                            i
                                                                DAFTAR  ISI


KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii
BAB I  PENDAHULUAN.........................................................................................1
A.    Latar Belakang................................................................................................. 2
B.     Rumusan Masalah.............................................................................................3
C.    Tujuan................................................................................................................3

BAB II  PEMBAHASAN..........................................................................................4
A.    Definisi Haal................................................................................................4
B.     Syarat-syarat Haal......................................................................................6
C.    Syarat-syarat shohibul Haal......................................................................7
D.    Macam-macam Haal..................................................................................9

BAB III PENUTUP.................................................................................................10
           Kesimpulan....................................................................................................10
           Saran-saran...................................................................................................12
           Daftar pustaka..............................................................................................13




                                                                                      BAB II
                                                          PEMBAHASAN

                                       باب الحال   
                                       HAAL(KETERANGAN KEADAAN)
         Definisi  Haal

                Ada beberapa definisi dalam mendefinisikan Haal menurut u’lama nahwu:
Di antaranya syekh muhammad bin A.Malik Al-Andalusy mendefinisikan Haal,
Dalam kitab Matan Al-fiyahnya
Sebagai berikut:
الحال وصف فضلة منتصب     مفهم فى حال كفردا ادهب[1]
“Haal ialah isim sifat(seperti isim fa’il dan isim maf’ul)
dan fadhlah(bukan ‘umdah tidak seperti fa’il atau khabar yang menerima-
 nashab(dinashabkan)yang mengandung pengertian tingkah laku
seperti:نصلى جماعة,         ادهب فردا        


           Dan definisi kedua syakh Syamsuddin Muhammad Arra’ini
Mendefinisikan Haal dengan kitab Mutammimah Ajjurumiyah nya
Sebagai berikut:

الحال  هو الاسم المنصوب المفسر لما ارنبهم من الهيئا ت[2]
اما من الفاعل نحو جاء زىد راكبا وقوله تعالى فخرج منها خائفا
او من المفعول نحو ركبت الفرس مسرجا
 وقوله تعالى وارسلنا ك للناس رسولا او منهما نحو لقيت عبد الله راكبا


Haal (keterangan keadaan)adalah isim yang dibaca nashab,
yang menjelaskan keadaan fai’l
atau maf’ul,atau keduanya yang belum jelas.


Contoh Haal yang menerangkan keadaan fa’il:
جاء زىد راكبا = Zaid datang dengan naik kendaraan.
Kata “راكبا” dalam kalimat di atas dibaca nashab,
karena menjadi Haal atau menerangkan keadaan fai’l(Zaid) ketika datang.

فخرج منها خائفا = Maka Musa keluar dari kota itu dengan rasa takut.
Kata”خائفا”dalam ayat di atas dibaca nashab,
karena menjadi Haal atau menerangkan keadaan fai’l berupa dhamir mustatir(Musa)ketika keluar dari kota mesir.


Contoh Haal yang menerangkan keadaan Maf’ul:
ركبت الفرس مسرجا = Saya menunggang kuda dengan berpelana.
Kata “مسرجا”dalam kalimat di atas di baca nashab,karena berkedudukan menjadi Haal,yakni menerangkan keadaan Maf’ul,yaitu kataالفرس

وارسلنا ك للناس رسولا = Kami mengutusmu kepada segenap manusia dengan menjadi rasul.
Kata”رسولا”dalam ayat di atas dibaca nashab,karena menjadi Haal,yakni menerangkan keadaan maf’ul yang berupa dhamir ك




Contoh Haal yang menerangkan keadaan fa’il dan maf’ul:
لقيت عبد الله راكبا  =Saya bertemu Abdullah dengan naik kendaraan.
Kataراكبا dalam contoh di atas dibaca nashab,menjadi Haal,menerangkan keadaan maf’ul dan fa’il




Syarat-syarat Haal
ولا يكون الحال الا نكرة فان وقع بلفظ المعرفة اول بنكرة نحو جاء زيد وحده اى منفرداdوادخلوا رجلا رجلا اى مرتين
ولا يكو ن الا بعد تمام الكلا م اى بعد جملة تا مة بمعنى انه ليس احد جزاي الجملة وليس المراد ان يكو ن الكلام مستغنيا عنها بدليل قوله تعالى ولا تمش فى الارض مرحا

     Haal itu disyaratkan:
1)Terdiri dari Isim Nakirah.Apabila ada Haal terdiri dari Isim Makrifat,maka harus di takwil-kan Nakirah.contoh:
جاء زيد وحده =Zaid datang dengan sendirian.
Kataحدهوdalam kalimat di atas dibaca nashab menjadi Haal,Karena ia isim makrifat,maka harus di-takwil nakirah.Takwil-nya adalah:
جاء زيد منفردا = Zaid datang dengan sendirian.

2)Terdiri dari Isim  Musytaq.Apabila ada haal terdiri dari Isim Jamid,maka harus di-takwil musytaq.contoh:
بدت الجارية قمرا = Gadis itu tampak dengan bulan(bagaikan bulan)
Kata”قمر”adalah isim jamid.Dalam kalimat di atas dibaca nashab menjadi haal.Karena tidak memenuhi ketentuan,maka harus di-takwil musytaq,sehingga susunannya menjadi:
بدت الجارية مضيئة
Kataقمرdi-takwil dengan مضيئة
بعته يدا بيد = Saya tidak menjualnya dengan timbang terima
Kata بيديدا dalam contoh di atas dibaca nashab menjadi haal.Karena kata tersebut jamid,sedangkan haal itu harus berupa kata musytaq,maka kata yang jamid tersebut harus di takwil menjadi musytaq.
 Takwil”يدا بيد”Adalah متقا بضين
ادخلوا رجلا رجلا = Masuklah kalian dengan seorang-seorang.
Kata رجلا رجلاdalam kalimat di atas dibaca nashab menjadi haal.
Karena kataرجلاitu jamid,sedangkan haal itu harus musytaq,
maka harus di-takwil menjadi menjadi musytaq.
Takwil رجلا رجلا  Adalah مرتبين

3)jatuh sesudah kalimat yang sempurna.
Artinya,haal itu tidak termasuk bagian pokok kalimat,
tetapi bukan berarti kalimat yang sempurna tadi tidak memerlukan haal,
dengan dalil firman Allah:
ولا تمش في الارض مرحا = Janganlah kamu berjalan dimuka bumi ini dengan sombong.


Syarat-syarat Shahibul Haal
ولا يكون صاحب الحال الا معرفة كما تقدم فى الامثلة او نكرة بمسوغ
 نحو فى الدار جا لسا رجلا وقوله تعا لى فى اربعة ايام سواء
 وقوله تعالى وما اهلكنا من قرية الا لها مند رون
وقراءة بعضهم ولما جاءهم كتب من عند الله مصد قا با لنصب

Shahibul Haal (kata yang diterangkan keadaannya)itu harus terdiri dari isimmakrifat,sebagaimana dalam contoh-contoh di atas,Tetapi ada juga Shahibul Haal,
terdiri dari isim Nakirah[3],sebab ada musawwigh(hal yang membolehkan).


Diantara perkara yang membolehkan Shahibul Haal berupa isim nakirah adalah:

1). Mendahulukan haal dan mengakhirkan shahibul haal.Contoh:
فى الدار جا لسا رجل = Di dalam rumah itu terdapat seorang laki-laki dalam keadaan duduk.
Kataرجلadalah shahibul haal(yang diterangkan keadaannya).
Sedangkan kataجا لساadalah haal(yang menerangkan keadaan shahibul haal)
Kataرجلadalah nakirah,
Mestinya yang menjadi shahibul haal itu harus makrifat
Tetapi dalam susunan di atas boleh,
Sebab posisi haal mendahului shahibul haal-nya yang nakirah

2).Di-takhsish dengan cara meng-idhaf-kan pada kata lain.Contoh:
فى اربعة ايا م سواء  = Dalam empat hari yang gelap
Kata” ايا ماربعة “dalam ayat di atas menjadi shahibul haal      
Yang haal nya berupa kata سواء
Shahibul haal tersebut(اربعة) adalah nakirah
Tetapi di-takhsish dengan cara mudhaf pada kata ايام

3)Didahului oleh Nafi.Contoh:
 اهلكنا من قرية الا لها مندرونوما
Dan Kami tidak membinasakan suatu negeri pun
Kecuali setelah ada baginya orang-orang yang memberi peringatan.
Kata قرية dalam ayat diatas adalah nakirah dan menjadi shahibul haal-nya adalah
 Kalimat    لها مندرونKata قرية  meskipun nakirah,boleh menjadi shahibul haal,
sebab jatuh sesudah huruf nafi(ما)

4).Di-takhsish dengan sifat.Contoh
ولما جا ءهم كتاب من عند الله مصدقا
“Dan setelah datang kepada mereka sebuah kitab dari Allah(Al-qur’an)
Yang membenarkan
Kata كتاب dalam ayat di atas adalah nakirah dan menjadi shahibul haal
Yang haal-nya berupa kata  مصدقا .
Kata    كتاب tersebut meskipun nakirah
Boleh menjadi shahibul haal,
Sebab di-takhsish dengan sifat من عند الله

Macam-macam Haal
ويقع الحال ظرفا نحو رايت الهلال بين السحاب
وجارا ومجرورا نحو فخرج على قومه فى زينته
ويتعلقان بمستقر اواستقر محدوفين وجوبا

ويقع جملة خبرية مرتبطة باالواو والضمير
نحو خرجوامن ديا رهم وهم الوف
اوبالضمير فقط اهبطوا بعضكم لبعض عدو
او بالواو نحو لئن اكله الدئب ونحو عصبة


Haal itu ada yang mufrod
Sebagaimana dalam contoh-contoh di atas.
Adapula yang berupa zharaf,jer,majrur, dan jumlah.

Contoh haal yang terdiri dari zharaf  ialah:
 رايت الهلال بين السحا ب = saya melihat bulan dalam keadaan  di antara mendung.
Kata بين adalah zharaf makan yang berkedudukan menjadi haal
Dari kata لهلالا

Contoh haal yang terdiri dari jer majrur ialah:
فخرج على قومه فى زينته dalam ayat di-atas adalah jar majrur
Yang berkedudukan sebagai haal dari dhamir mustatir pada lafad خرج

       Contoh haal yang terdiri dari jumlah ialah
a.         Jumlah ismiyah:
جاء الاستاد والطلبة غائبون
Pak guru datang sedangkan para siswa tidak ada

b.        Jumlah fi’liyah
جاء ت الطالبة تركب السيا رة
Seorang siswi datang dengan naik kendaraan.



           Haal yang berupa jumlah kabariyah(kalimat kerja) itu-
Mengandung rabith berupa:

a.      Wawu (و) dan dhamir.
Contoh:
خرجوا من ديا رهم وهم الوف
Mereka pada keluar dari rumah-rumah mereka,
Sedang mereka itu,berjumlah ribuan

        Kalimat هم الوف adalah jumlah ismiyah yang berkedudukan sebagai haal        

Dari shahibul haal berupa dhamir mustatir pada kata خرجوا
Antara haal dan shahibul haal disini di hubungkan dengan rabit
Berupa wawu(و)  dan dhamir هم yang kembali(rujuk) pada shahibul haal

b.       Dhamir.
Contoh:
اهبطوابعضكم لبعض عدو
Turunlah kamu semua,sebagian kalian menjadi musuh sebagian yang lain.

c.        Wawu (و)
لئن اكله الدئب ونحن عصبة
Jika ia sungguh di-makan serigala,dengan kami golongan (yang kuat).

          Kalimat  عصبةونحن  dalam kalimat di-atas adalah jumlah ismiyah
Yang menjadi haal dari shahibul haal(الدئب)
.haal dan shahibul haal dalam kalimat di-hubungkan dengan rabit
 berupa wawu (و) saja.
Sedangkan dhamir نحن dalam kalimat di-atas tidak dapat dianggap sebagai rabih,
Karena tidak kembali pada shahibul haal














MAKALAH
الحال

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Arab
Dosen Pembina Bpk. Muhammad Faisol, M.Ag










                                                                    Disusun oleh:
                                                         Kelompok :24
Didik          083 111 006
      SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
                             (STAIN) JEMBER
                               NOVEMBER 2011



[1] .Syakh Muhammad bin A.Malik Al-Andalusy,Tarjamah Matan Alfiyah,Al-ma’ruf bandung,166 hlm
[2].Syekh syamsuddin muhammad Arra’ini,ilmu nahwu terjemah mutammimah ajjurumiyah,Al-hidayah surabaya,235 hlm
[3] Pujiono dkk,Unit Bahasa,Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri,jember,2011,Hlm 105




                                                                              ii































2
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Haal adalah isim yang dibaca Nashab yang menjelaskan keadaan fa’il,atau maf’ul,atau keduanya yang belum jelas.

               Syarat-syaratnya Haal adalah:
Harus terdiri dari isim Nakirah
Harus terdiri dari isim musytaq
Harus jatuh sesudah kalimat yang sempurna

 Syarat-syaratnya shahibul-Haal adalah harus terdiri dari isim ma’rifat.

Sedangkan macam-macamnya Haal adalah:
Zharaf
Jer majrur
Jumlah(jumlah ismiyah,jumlah fi’liyah)







                                                            






B.     Saran
Untuk para pembaca kami sebagai penulis menyarankan untuk mempelajari sesuatu itu pelajarilah dari bawah lalu pelajari yang lebih atas lagi begitu juga dengan ilmu nahwu pelajari dari bab paling dasar lalu pelajari yang lebih atas agar lebih mengerti dan memahami ilmu nahwu dengan baik.




















                                                                                                                                                                                            

                                                                                                    4

                                                                                       

                                                                     DAFTAR   PUSTAKA


1.        Syekh Samsuddin Muhamad Arra’ini, Ilmu Nahwu Terjemah, Mutammimah Aj-Jurumiah
2.        Nadzom syi’ir min I’mrithi
3.        Nahwu Aplikatif, Lembaga Kajian Islam, Al-Bidayah
4.        Ustad Hamdani Asy-syidani,Marji’us saliki,Terjamah Al-fiah Ibnu Malik
5.        Bapak Harits dosen stain jember,Rangkuman ponpes Al-bidayah tegal besar
6.        Syekh Muhammad bin A.Malik Al-Andalusy,Terjamah Matan Al-fi’ah
7.        Pujiono dkk,Unit Bahasa,Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Jember


[1] Matnu Aljurumiyah
[2] Rangkuman bapak harist(dosen stain jember),Ponpes Al-bidayah,Tegal besar
[3] kitab ‘imrithi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar